Kembang Abadi Merbabu - Travelers
Bagaimana upaya menjaga bunga yang kerap menjadi incaran
para pendaki muda saat mendaki Gunung Merbabu.
Blossom of snow may you bloom and grow,
Bloom and grow forever...
Edelweiss, Edelweiss...
Bless my homeland
forever
Penggalan lirik Julie Andrews barangkali tak sekadar mengingatkan
film The Sound of Music. Kembang edelweis pun turut mewarnai film yang berlatar
kota Salzburg, Austria. Seabadi film legendaris itu yang hingga kini tetap
memikat pemirsanya.
Edelweis memang kerap dihubungkan dengan keabadian lantaran
bunganya yang tak pernah layu. Bahkan, yang lebih menakjubkan umurnya mampu
bertahan hingga seratus tahun. Tumbuhan langka dan dilindungi ini sering
dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian.
Di negara kita, kembang ini kerap disebut Eidelweis atau
Edelweis. Menurut sejarahnya, Edelweiss berasal dari bahasa Jerman, ‘edel’ yang
berarti mulia dan ‘weiss’ yang berarti putih. Edelweis merupakan tumbuhan
gunung yang sangat cantik dan terkenal.
Bunganya kecil-kecil, yang tak layu dimakan waktu. Edelweis
bisa tumbuh menjulang delapan meter. Dia tumbuhan endemik zona alpina montana
di berbagai pegunungan tinggi Indonesia, termasuk di Gunung Merbabu.
Dalam ‘Flora Pegunungan Jawa’, C.G.G.J. van Steenis
menyebutkan Edelweis ditemukan dari Gunung Gede hingga Gunung Tengger. Sebagai
perintis, dia mampu bertahan hidup di atas tanah tandus sekalipun. Kemampuannya
membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu, secara efektif dapat memperluas
jangkauan akar-akarnya. Inilah yang membuat dia meningkatkan efisiensi dalam
mencari zat hara.
Edelweis berdaun panjang, tipis dan berbulu lebat; bagian
tengah bunga berwarna oranye dan kepala bunga yang menyerupai aster. Edelweis
cocok tumbuh pada kondisi panas terik di daerah terbuka di kawah dan puncak.
Sebaliknya tumbuhan ini tidak akan mampu bersaing untuk
tumbuh di hutan yang gelap dan lembab. Selain itu, Edelweis sangat disukai
serangga seperti kutu, kupu-kupu, lalat dan lebah.
Edelweis menjadi magnet bagi pengunjung Taman Nasional
Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Edelweis bisa dijumpai di jalur pendakian Selo,
mulai dari Tuk Pakis hingga Sabana I dan Sabana II.
Edelweis tumbuh lebat terlihat dari Sabana I dan Sabana II
pada 2.700 – 2.750 meter dari muka laut. Hamparan Edelweis seluas 50 hektare
ini memanjakan mata pengunjung yang sebagian besar pecinta alam. Di tempat
inilah pengunjung menyempatkan diri mengabadikan sang bunga abadi sebagai bukti
petualangan ke Gunung Merbabu.
Bunga edelweis biasanya mekar pada April hingga Agustus.
Pada bulan-bulan tersebut pengunjung bisa menikmati keindahannya secara nyata.
Terlebih pada 17 Agustus, saat jumlah pendaki Gunung Merbabu mencapai
puncaknya, selain momen pergantian tahun.
Keberadaan padang Edelweis bukanlah tanpa ancaman. Lantaran
identik dengan keabadian dan kesetiaan cinta, tumbuhan ini menjadi incaran
pengunjung Gunung Merbabu, yang sebagian besar kaum muda. Para pendaki itu
kerap memetik Edelweis untuk dipersembahkan kepada seseorang yang dianggap
spesial.
Tak jarang, sebagian memetiknya untuk kenang-kenangan: sang
pendaki pernah menaklukkan Gunung Merbabu. Karena untuk mendapatkanya perlu
perjuangan keras, Edelweis juga simbol pengorbanan.
Ancaman lain yang juga perlu diperhatikan adalah kebakaran
hutan. Seperti yang terjadi belum lama ini, api melahap Gunung Merbabu pada
September dan Oktober 2012. Kebakaran seluas 630 hektare itu menghanguskan
sebagian padanga Edelweis.
Untuk menghindari Edelweis dari kepunahan, Taman Nasional
Gunung Merbabu melakukan berbagai upaya. Salah satunya, membuat tata tertib
bagi pendaki. Dalam tata tertib itu disebutkan pendaki dilarang mengambil
Edelweis di kawasan konservasi ini.
Upaya lainnya: sosialisasi peraturan perundangan ke khalayak
tentang tumbuhan yang dilindungi. Sosialisasi juga sering dilakukan petugas
secara langsung kepada calon pendaki saat pengajukan Simaksi (Surat Ijin Masuk
Kawasan Konservasi). Untuk menghindari terjadinya bahaya kebakaran, disampaikan
pula himbauan untuk selalu memastikan tidak meninggalkan bara api yang dapat
memicu kebakaran.
Saat Tahun Baru dan 17 Agustus, jumlah pendaki di Taman
Nasional Gunung Merbabu akan meningkat tajam. Mengantisipasi hal itu, Balai
Taman Nasional Gunung Merbabu menggelar pengamanan jalur pendakian secara
rutin.
Salah satu tujuannya, mengantisipasi pelanggaran seperti
pengambilan Edelweis. Upaya menjaga kelestarian sang bunga abadi tak pernah
terhenti. Dengan kesadaran bersama, niscaya keindahannya bisa selamanya
dinikmati oleh anak cucu.
Komentar
Posting Komentar